Suasana di depan sekolah pada suatu siang
sepulang sekolah. Terlihat seorang anak sekolah bernama Adul membeli beberapa
kantung kacang dari sebuah warung.
Ia segera pulang ke rumahnya.
Suasana rumah Adul. Adul membuka sepatu dan kaus
kakinya. Ia meletakkannya begitu saja di belakang pintu rumahnya. Ia lalu
segera pergi ke kamarnya. Ibunya melihat tindakan Adul.
Ibu
: (marah) “Adul, sepatumu jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah ibu
sediakan rak khusus untuk menyimpan sepatu.”
Adul : (menyeka keringat di
keningnya) “Adul kan capek, Bu. Hari ini rasa nya gerah banget. Lagian, kan ada
Bi Surti.”
Ibu : “Bi Surti
pulang kampung selama tiga hari. Lagian, kenapa kamu menanyakan Bi Surti?”
Adul : “Biasanya kan Bi Surti
yang suka membereskan sepatuku.”
Ibu : (kesal)
“Untuk hal seperti ini, Ibu rasa kamu bisa me ngerjakannya sendiri.”
Adul : (segera mengambil
sepatu dan kaus kakinya yang ber serakan) “Aahh… Ibu.”
Adul segera masuk ke kamarnya. Suasana berganti
menjadi kamar Adul. Di kamar, terdapat sebuah tempat tidur kecil, kipas angin,
meja belajar, dan sebuah tempat sampah. Adul merebahkan diri di atas tempat
tidurnya. Ia melemparkan tasnya ke samping bawah meja belajarnya. Ia belum
mengganti baju seragamnya. Lalu, ia menyalakan kipas angin.
Adul : (sambil membaca buku
yang diambilnya dari meja belajar) “Ahh… begini kan lebih enak….”
Adul membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia
membuka satu per satu dan melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah
tempat tidurnya.
Suasana malam. Adul tidak bisa tidur. Ia
mendengar suara-suara aneh.
Ciiitttt… cit… cittt….Adul ketakutan. Dari kolong
tempat tidurnya, keluar seekor tikus.
Adul kaget. Ia paling takut pada tikus. Tidak
berapa lama kemudian, beberapa ekor tikus keluar dari kolong tempat
tidurnya.Adul mengambil sapu ijuk.
Adul : (mencoba mengusir tikus-tikus)
“Ukhhh… mengganggu saja!” (memukul seekor tikus)
Beberapa tikus malah menghampiri Adul.
Adul : (ketakutan dan
menjerit-jerit) “Ibu, Ibu tolongin Adul!”
Ibu : (membuka
pintu kamar Adul) “Ada apa kok kamu teriak-teriak?”
Adul : (wajahnya pucat) “Ibu,
banyak si Jerry!”
Ibu : “Jerry,
siapa itu Jerry?”
Adul : (menunjuk ke bawah
tempat tidurnya) “Maksud Adul banyak tikus kecil.”
Ibu : (kebingungan) “Di
mana?”
Adul : “Itu di bawah tempat
tidur Adul! Adul takut. Adul tidak mau tidur di kamar ini.”
Ibu : “Ya
sudah, malam ini kamu tidur bersama kakakmu saja.”
Suasana pagi hari. Ibu masuk ke kamar
Adul. Ia kaget melihat sampah-sampah berserakan
di bawah tempat tidur Adul.
Ibu : (berteriak,
mukanya cemberut)
“Adull…sini!”
Adul : (memakai seragam
sekolah) “Ya ada apa, Bu?”
Ibu : “Lihat!”
(menunjuk ke sampah yang berserakan) “Kamu jorok sekali. Pantas banyak tikus di
kamarmu.”
Adul : (malu dan tertunduk) “Habis
bagaimana dong?”
Ibu : “Lho kok,
malah tanya. Mulai sekarang kamu harus menjaga kebersihan kamarmu. Kamu jangan
membuang sampah sembarangan lagi. Kan, sudah ibu sediakan tempat sampah di
kamarmu (menunjuk ke tempat sampah). Apa perlu Ibu membuatkan plang peringatan
di sini?”
Adul : “Ibu bisa saja. Adul
janji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi. Adul kapok sama si
Jerry-Jerry nakal.”
Ibu : (tersenyum)
“Ya sudah, sekarang kamu pergi sekolah. Pulang sekolah nanti, kamu harus
membersihkan kamar mu.”
Adul : “Baik, Bu!”
Sejak saat itu, Adul selalu menjaga kebersihan
kamar nya.